EBuzz – Emiten PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) dengan bangga melepas ekspor produk baja rendah emisi berupa balok las (welded beam) yang diproduksi sendiri, yang akan dikirimkan ke Selandia Baru.
Proses pelepasan produk senilai US$ 1,5 juta, atau sekitar Rp 24,3 miliar, dilakukan secara langsung oleh Menteri Perdagangan Republik Indonesia (Mendag RI), Budi Santoso, di Kabupaten Bekasi pada Rabu, 15 Januari 2025.
“Ekspor ini merupakan bagian dari total pengiriman baja sebanyak 1.210 MT yang akan dilakukan secara bertahap hingga Maret 2025,” ungkap Presiden Direktur GGRP, Fedaus, dalam keterangan resmi yang disampaikan di sela-sela acara pelepasan produk tersebut. (16/1).
Menurut Fedaus, produk welded beam GGRP memiliki beberapa keunggulan, antara lain efisiensi dalam proyek konstruksi berkat desain yang siap pasang, yang mengurangi waktu kerja di lapangan, meningkatkan keselamatan kerja, dan menghemat biaya konstruksi dengan kualitas yang terjamin melalui fabrikasi di pabrik.
“Produk ini diproduksi dengan teknologi Electric Arc Furnace (EAF) yang memanfaatkan lebih dari 70 persen material sisa sebagai bahan baku, sehingga menghasilkan emisi karbon yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan metode konvensional,” ucapnya.
Dalam kesempatan ini, Mendag RI, Budi Santoso, menyampaikan bahwa kualitas produk besi dan baja dalam negeri semakin diakui, bahkan berhasil menjadikan Indonesia sebagai pemasok terbesar ke-7 dunia dengan total nilai ekspor mencapai USD28,41 miliar. Sektor ini juga menempati posisi kedua sebagai produk ekspor nonmigas unggulan Indonesia pada periode Januari hingga September 2024.
Di sisi lain, permintaan global terhadap produk baja dari 2018 hingga 2023 menunjukkan angka yang positif, yakni sebesar 9,13 persen, dengan total permintaan global mencapai US$ 865 miliar.
“Dengan tren pertumbuhan sebesar 38,79 persen dalam lima tahun terakhir, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri baja global,” ujar Budi.
Lebih lanjut, Budi mengungkapkan bahwa eksportir besi dan baja Indonesia ke Selandia Baru mendapat kemudahan tarif hingga nol persen berkat perjanjian perdagangan ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Diharapkan, dengan adanya bea masuk nol persen ini, Selandia Baru akan menjadi salah satu tujuan utama ekspor besi dan baja Indonesia.
Budi juga mengungkapkan tiga program prioritas Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mendukung ekspor, yaitu Pengamanan Pasar Dalam Negeri, Perluasan Pasar Ekspor, dan Peningkatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) BISA Ekspor (Berani Inovasi Siap Adaptasi).
“Kemendag memiliki perwakilan di luar negeri melalui Atase Perdagangan dan Indonesia Trade Promotion Center (ITPC) yang siap membantu pelaku usaha, khususnya UMKM, untuk menembus pasar ekspor,” tambahnya.
Dalam pernyataan resminya, Fedaus menyampaikan kebanggaannya karena GGRP dapat berkontribusi pada pembangunan global melalui ekspor baja berkualitas tinggi yang rendah emisi. Ia juga mengapresiasi dukungan Kemendag dalam mencapai keberhasilan strategis ini, yang semakin memperkuat posisi produk dalam negeri di pasar internasional.
“Produk yang kami ekspor telah memenuhi standar internasional dan berperan penting dalam pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Ini merupakan langkah konkret GGRP untuk mendukung visi Indonesia sebagai pemain utama dalam pasar baja global yang ramah lingkungan,” ujar Fedaus.
Pelepasan ekspor ini juga mencerminkan tingginya kepercayaan dunia terhadap produk baja Indonesia. Hingga 2024, GGRP telah mengekspor produk baja ke 35 negara, dengan total nilai ekspor pada tahun tersebut mencapai sekitar USD20 juta. Dalam periode 2021–2024, total ekspor GGRP mencapai USD87 juta, dengan pasar utama seperti Kanada, Australia, dan Selandia Baru.
Secara khusus, pada periode Januari hingga Oktober 2024, ekspor besi dan baja Indonesia ke Selandia Baru tercatat mencapai USD10,91 juta. Pada tahun 2023, nilai ekspor tersebut mencapai USD15,06 juta, berkontribusi sebesar 2,65 persen terhadap total ekspor nonmigas Indonesia ke Selandia Baru yang mencapai USD573,27 juta.