EBuzz – Dolar melemah terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu, setelah data ekonomi yang lebih rendah dari perkiraan meredakan kekhawatiran akan percepatan inflasi dan meningkatkan kemungkinan Federal Reserve akan memangkas suku bunga dua kali tahun ini.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat melaporkan bahwa harga konsumen (CPI) naik 2,9% dalam periode 12 bulan hingga Desember, sesuai dengan ekspektasi. Inflasi inti, yang tidak memasukkan harga makanan dan energi yang fluktuatif, sesuai dengan perkiraan tetapi lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, demikian laporan Reuters dari New York pada Rabu (15/1) atau Kamis (16/1) dini hari WIB.
Indeks Dolar (Indeks DXY), yang mengukur nilai greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,2% menjadi 109,02, menjauhi level tertinggi 26 bulan di 110,17 yang dicapai pada sesi Senin.
“Meski pasar sebelumnya telah mengurangi ekspektasi pelonggaran dari Fed, mereka menanggapi data ini dengan memperkirakan kemungkinan pemotongan suku bunga yang lebih banyak tahun ini,” kata Uto Shinohara, analis di Mesirow Currency Management yang berbasis di Chicago. (16/1).
“Dolar menunjukkan kepekaan yang meningkat terhadap berita ekonomi baru-baru ini, baik dari sisi positif maupun negatif, termasuk dari retorika terkait tarif.”
Presiden terpilih Donald Trump akan kembali ke Gedung Putih minggu depan, dan para analis memperkirakan beberapa kebijakannya akan meningkatkan pertumbuhan serta mendorong tekanan harga.
Sementara itu, dolar terakhir tercatat merosot 1% terhadap yen Jepang, menjadi 156,41 yen. Yen menguat tajam pada Rabu setelah pernyataan dari Gubernur Bank of Japan, Kazuo Ueda, yang menyatakan bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga dan menyesuaikan dukungan moneter jika perbaikan dalam ekonomi dan kondisi harga terus berlanjut.
Di sisi lain, penurunan inflasi di Inggris memberikan kelegaan bagi poundsterling. Data menunjukkan bahwa inflasi melambat secara tak terduga bulan lalu, dan ukuran inti pertumbuhan harga – yang dilacak oleh Bank of England – turun lebih tajam, menjadi kabar baik bagi Menteri Keuangan Rachel Reeves setelah aksi jual di pasar. Pound menguat 0,3% terhadap dolar menjadi USD1,2247.
Helen Given, Direktur Monex USA di Washington, mengungkapkan bahwa pergerakan besar dalam pasangan pound dan yen lebih dipengaruhi oleh berita dari negara lain ketimbang dari Amerika.
“Namun, kami tidak melihat kemungkinan bahwa ekspektasi pelonggaran dari Fed akan berlanjut, setidaknya sampai bank sentral dapat memahami dampak kebijakan perdagangan dan ekonomi pemerintahan baru terhadap inflasi domestik. Namun, kami bisa mendapatkan beberapa jawaban tentang cakupan dan skala kebijakan ini secepatnya minggu depan,” kata Given.
Di tempat lain, euro turun 0,1% menjadi USD1,0299. Perhatian juga tertuju pada China, di mana yuan sedikit mendatar dan terakhir berada di posisi 7,3308 per dolar, secara keseluruhan mempertahankan bias yang umumnya lemah meskipun diimbangi oleh panduan resmi yang lebih kuat dari ekspektasi serta tanda-tanda pengetatan di pasar uang domestik.