Jakarta, EBuzz – Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang berlangsung pada 18-19 Oktober 2023 secara resmi telah memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) 25 basis poin menjadi 6 persen dari sebelumnya 5,75 persen. Naiknya tingkat suku bunga tersebut dilakukan untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari dampak meningkatnya ketidakpastian global yang terjadi selama ini.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan bahwa, semakin tingginya ketidakpastian global dan sebagai langkah pre-emptive serta untuk memitigasi dampaknya terhadap inflasi barang impor ke depannya.
“Sehingga inflasi tetap terkendali dalam sasaran 3,0±1 persen pada sisa tahun 2023 dan 2,5±1 persen pada 2024,” ujarnya.
Nantinya, kebijakan makroprudensial longgar juga bakal diperkuat dengan efektivitas implementasi kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) dan menurunkan rasio penyangga likuiditas makroprudensial untuk mendorong kredit pembiayaan lebih lanjut bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Demikian pula, digitalisasi sistem pembayaran terus ditingkatkan untuk memperluas inklusi ekonomi dan keuangan digital, termasuk digitalisasi transaksi keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah.
Sementara itu, BI juga telah melaporkan kredit perbankan per September 2023 berhasil tumbuh 8,96 persen secara tahunan. Hal tersebut didukung oleh kebijakan penyaluran kredit yang masih longgar dan permintaan pembiayaan korporasi yang masih sangat baik. Sedangkan, untuk segmen UKM pertumbuhannya mencapai 8,34 persen. Dimana didukung dari penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) yang semakin meningkat.
BI akan terus mendorong penyaluran kredit bank dan memperkuat sinergi dengan pemerintah dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi. Hal itu utamanya pada sektor prioritas dan ekonomi hijau.
Meski pertumbuhan kredit per September 2023 melambat, BI masih optimistis pertumbuhan kredit tahun ini akan sesuai dengan target 9%-11% dan akan meningkat pada 2024.
Sebagai informasi, angka pertumbuhan tersebut telah direvisi pada paruh pertama tahun ini. Sebelumnya, BI memperkirakan pertumbuhan kredit mencapai 10%-12%.
Sementara itu, BI memperkirakan pertumbuhan kredit pada kuartal III 2023 akan menguat. Hal ini terindikasi dari survei terbaru.
Berdasarkan hasil survei saldo bersih tertimbang (SBT) pada Agustus 2023, perkiraan penyaluran kredit baru pada kuartal III 2023 bernilai positif. atau 96,8%, naik dari 95% pada kuartal II 2023. Peningkatan ini terjadi pada seluruh kategori bank.
Metode SBT dilakukan dengan mengolah jawaban responden dikalikan dengan bobot kreditnya (total 100%), selanjutnya dihitung selisih antara persentase responden yang memberikan jawaban meningkat dan menurun.
Lebih rinci hasil survei BI memperkirakan jenis kredit yang akan naik kencang yakni investasi dan modal kerja. Pada periode yang sama KPR naik terbatas dan komsumsi melambat.
Adapun survei ini dilakukan dengan sebaran responden 71,3% responden adalah bank umum, 19,5% bank pembangunan daerah (BPD), dan 9,2% bank umum syariah. Berdasarkan modal inti, 64,4% responden merupakan KBMI 1, 18,4% KBMI II, 12,6% KBMI III, dan 4,6% KBMI 4.