EBuzz-Rumor pasar modal kian menguat bahwa Anugrah Neo Energy Materials (ANEM) tengah menyiapkan langkah IPO jumbo dengan potensi perolehan dana lebih dari Rp 5 triliun. Perusahaan nikel berbasis di Sulawesi ini disebut bakal menjadi produsen Green HPAL Nickel pertama di Indonesia, sekaligus pionir dalam hilirisasi nikel ramah lingkungan.
Dari laman resmi perusahaan, Neo Energy diketahui memiliki dua tambang besar, yaitu TAS dan MDK, masing-masing tambang diperkirakan mencakup area di atas 10.000 hektare, dengan total sumber daya mencapai ratusan juta WMT. Perusahaan juga mengoperasikan beberapa jetty untuk mendukung rantai logistik ekspor dan distribusi bahan baku.
Neo Energy saat ini tengah mengembangkan fasilitas High Pressure Acid Leach (HPAL) yang akan menggunakan teknologi hidrometalurgi generasi terbaru — sistem yang lebih efisien, hemat energi, dan ramah lingkungan. Fasilitas tersebut dirancang untuk memproduksi ratusan ribu ton Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) per tahun, bahan utama pembuatan baterai kendaraan listrik (EV).
Berdasarkan rumor pasar, proyek HPAL Neo Energy diklaim memiliki biaya produksi (cash cost) yang jauh di bawah rata-rata industri global di kisaran USD11.000–16.000 per ton. Jika angka tersebut benar, efisiensi tinggi ini berpotensi menjadikan Neo Energy magnet bagi investor global, khususnya dari sektor energi bersih dan manufaktur baterai.
Operasi utama Neo Energy berpusat di dua kawasan industri hijau berstatus Proyek Strategis Nasional (PSN), yakni Neo Energy Morowali Industrial Estate (NEMIE) dan Neo Energy Parimo Industrial Estate (NEPIE). Kedua kawasan ini akan dilengkapi pelabuhan laut dalam, pembangkit listrik tenaga air, serta solar farm, sebagai bagian dari komitmen perusahaan terhadap energi berkelanjutan.
Informasi yang beredar juga menyebutkan bahwa Neo Energy telah menyelesaikan tahap registrasi awal IPO dan kini bersiap memasuki tahap edukasi investor dalam waktu dekat. Proses ini menjadi langkah penting menuju penawaran umum perdana saham yang ditargetkan berlangsung pada akhir tahun 2025.
Jika rencana tersebut terealisasi, Neo Energy berpotensi menjadi salah satu IPO skala jumbo di penghujung 2025, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam peta industri nikel hijau dan baterai global.
Upaya konfirmasi kepada pihak Neo Energy hingga berita ini diturunkan belum mendapatkan tanggapan resmi, karena keterbatasan informasi di laman resmi perusahaan. Sumber: https://neoenergy.co.id
Sebelumnya, terkait 11 perusahaan di pipeline, apakah akan menggelar IPO di kuartal IV-2025, I Gede Nyoman Yetna Direktur BEI mengatakan, sehubungan dengan 11 perusahaan yang berada di pipeline, fokus BEI tidak semata pada percepatan proses listing, melainkan juga pada persiapan kualitas agar setiap calon perusahaan tercatat memiliki aspek pemenuhan regulasi dan kepatuhan yang baik, going concern perusahaan yang terjaga serta dapat memberikan manfaat bagi stakeholder pasar modal.
Tentunya dalam hal calon perusahaan tercatat dapat memenuhi hal-hal dimaksud dalam sisa tahun ini maka kami berharap perusahaan-perusahaan tersebut dapat menambah pilihan investasi saham bagi investor di Indonesia. Selain pemenuhan persyaratan IPO, BEI senantiasa menekankan bahwa perusahaan yang berhasil tercatat diharapkan tidak hanya mampu melaksanakan IPO dengan sukses, tetapi juga menjaga kinerja, keberlangsungan usaha, dan kepercayaan investor dalam jangka panjang.
“Mempertimbangkan timeline untuk perusahaan dapat melakukan pencatatan saham di sisa tahun 2025, kualitas akan menjadi fokus utama guna memastikan perusahaan yang telah berada dalam pipeline memiliki kualitas yang baik. Dari sisi kualitas, BEI menerapkan evaluasi ketat yang tidak hanya berfokus pada aspek formal, tetapi juga mencakup keberlangsungan usaha, kualitas tata kelola, dan kompetensi manajemen dari calon perusahaan tercatat. Selain itu, BEI tengah menyusun kajian strategis IPO bersama berbagai pemangku kepentingan untuk memahami peluang dan tantangan, sekaligus memperkuat regulasi serta infrastruktur pasar modal. Dengan langkah-langkah tersebut, BEI optimis dapat menghadirkan perusahaan tercatat yang berkualitas, berdaya saing, dan mampu memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan pasar modal serta perekonomian nasional,” kata Nyoman.
Namun dalam pengembangan ke depan pencapaian dalam segi BEI secara konsisten menyelenggarakan program edukasi dan pendampingan bagi calon emiten, mulai dari go public workshop, coaching clinic, one-on-one meeting, hingga networking event. Inisiatif ini bertujuan mempercepat transformasi perusahaan menuju status perusahaan terbuka sekaligus memperluas akses terhadap ekosistem pasar modal.
BEI juga memperkuat kolaborasi dengan kementerian/lembaga, asosiasi pengusaha, perbankan, dan mitra strategis lainnya. Selain IPO saham, edukasi turut mencakup instrumen pendanaan lain seperti obligasi, sukuk, dan efek beragun aset untuk memperkaya alternatif pembiayaan serta diversifikasi investasi.

