EBuzz – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menyatakan kesiapannya untuk menjaga kinerja positif perusahaan di tengah pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Salah satu langkah strategis yang diambil adalah dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penyaluran kredit berdenominasi valuta asing (valas).
Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo menegaskan bahwa, perseroan telah dan akan terus menerapkan langkah-langkah mitigasi risiko secara ketat guna meredam potensi dampak negatif dari dinamika ekonomi global yang sedang berlangsung.
“BNI secara berkala terus menerapkan manajemen risiko yang ketat, salah satunya dengan melakukan stress test terhadap kondisi makro ekonomi termasuk pergerakan nilai tukar guna mengantisipasi agar tidak berdampak terhadap kualitas aset,” kata Okki dalam keterangannya. (10/4).
Menyikapi fluktuasi nilai tukar rupiah saat ini, BNI mengambil pendekatan yang lebih konservatif dalam menyalurkan kredit valas. Prioritas diberikan kepada debitur yang memiliki natural hedge dalam model bisnis mereka, sehingga potensi risiko akibat perubahan kurs dapat diminimalisir. Sementara, terkait dengan kondisi likuiditas valas, Okki memastikan bahwa ketersediaan mata uang Dolar AS di BNI masih berada pada level yang sangat memadai.
“BNI menjaga kecukupan likuiditas di atas rasio yang ditetapkan oleh regulator,” ungkapnya.
Saat ini, rasio Liquidity Coverage Ratio (LCR) valas BNI tercatat sebesar 151,72%, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) valas berada di angka 135,13%. Kedua rasio ini jauh melampaui batas minimum yang ditetapkan oleh regulator. Selain itu, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BNI juga tetap terjaga dalam koridor yang ditetapkan oleh manajemen.
Okki menambahkan bahwa BNI memiliki posisi alat likuid dalam bentuk Dolar AS yang mencukupi dan dijaga pada level yang lebih tinggi dari risk appetite internal bank.
Dengan pengelolaan risiko yang disiplin dan posisi likuiditas yang solid, BNI optimis dapat mempertahankan stabilitas kinerja perusahaan serta terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah tantangan pasar global yang dinamis.
“Hal ini mencerminkan kesiapan BNI dalam menghadapi potensi tekanan likuiditas yang mungkin timbul akibat dinamika nilai tukar global,” pungkas Okki.