EBuzz – Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) memperkirakan kondisi ekonomi di tahun 2025 akan stagnan. Hal ini ditandai adanya berbagai gejolak, seperti adanya tekanan inflasi dan fiskal di Amerika Serikat dan adanya krisis properti di Cina serta adanya permintaan domestik yang lemah di kawasan Eropa.
Ketua AAEI David Sutyanto mengungkapkan, tahun depan akan banyak sentimen yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Menurutnya, dalam hal dinamika moneter dan Global Fund, antara lain terjadinya pelonggaran moneter global, kemajuan disinlfasi global, masih tingginya suku bunga global dan tekanan fiskal global akan terus berlanjut.
“Seperti adanya tekanan inflasi dan fiskal di Amerika Serikat. Kemudian, krisis properti di Cina serta adanya permintaan domestik yang lemah di kawasan Eropa menjadi faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di 2025 mendatang,” ujarnya dalam Acara Economic & Market Outlook 2025 di BEI. (28/11).
Sementara itu, senada dengan David. Praktisi Pasar Modal Hans Kwee mengatakan, dirinya mengaku tidak yakin di tahun 2025 pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan berada di level 8.000.
Pasalnya, pasar cenderung akan cukup bergejolak seperti yang terjadi pada saat Donald Trump terpilih kembali menjadi Presiden Amerika Serikat, di mana volatilitas pasar berlangsung cukup lama pasca pengumuman tersebut.
“Mungkin kita jangan terlalu berharap IHSG 8.000 di tahun depan, tapi rasanya 7.700 itu IHSG kita bisa bergerak ke atas,” tambahnya.
Menurut Hans, investor cenderung wait and see dikarenakan Donald Trump memiliki pengaruh besar terhadap pasar. Selain itu, langkah kebijakan Donald Trump yang akan mendorong deregulasi dan prioritas domestik sebelumnya memberikan hasil positif untuk membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi AS.
“Arah pasar sangat bergantung pada kebijakan tarif yang diterapkan Trump. Jika tarif yang dikenakan tinggi dan memicu balasan dari negara lain, hal ini bisa memberikan dampak negatif pada ekonomi global,” tutupnya.