EBuzz – Menteri Investasi dan Hilirisasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani mengungkapkan upaya pemerintah Indonesia dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Pernyataan tersebut disampaikan dalam diskusi panel bertajuk “Leading the Way: A Path to the Vision of Golden Indonesia 2045” di Paviliun Indonesia dalam gelaran World Economic Forum (WEF) 2025 di Davos, Swiss, pada 23 Januari.
Menteri Rosan menekankan pentingnya hilirisasi sebagai strategi utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
“Kenapa hilirisasi sangat penting untuk Indonesia agar bisa mencapai pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen? Karena jika kita melihat sejarah, sejak 2 atau 3 tahun lalu, investasi yang datang dari sektor hilirisasi mencapai 22-23% dari total investasi di Indonesia,” ungkapnya di Davos, Swiss pada Kamis (23/1/2024). (24/1).
Sebagai mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Rosan menyoroti dampak signifikan kebijakan hilirisasi pada ekspor nikel. Pada 2017, nilai ekspor nikel tercatat sebesar USD3,3 miliar. Namun, pada 2024, berkat pengolahan produk turunan nikel di dalam negeri, nilai ekspornya melonjak menjadi USD30,4 miliar.
“Di saat yang sama, kami juga menciptakan lebih banyak tenaga kerja berkualitas di Indonesia,” tambahnya.
Rosan juga mengambil contoh kebijakan pemerintah terkait pembatasan ekspor bijih nikel, yang berhasil mendorong industrialisasi dalam negeri, meningkatkan nilai tambah, dan membuka lapangan kerja baru. Selain sektor nikel, Menteri Rosan memaparkan potensi besar Indonesia di sektor energi hijau.
“Indonesia memiliki peluang investasi hingga 3.700 gigawatt di sektor hijau, baik dari tenaga surya, angin, gelombang air laut, hidro, dan geotermal,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Menteri Rosan juga menyoroti peluang investasi di sektor hilirisasi perikanan dan kelautan, seperti pengolahan rumput laut. Potensi ini dinilai mampu mendorong diversifikasi ekonomi dan mendukung keberlanjutan sumber daya laut Indonesia.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, pemerintah optimistis dapat merealisasikan visi Indonesia Emas 2045, sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam ekonomi global.
Manfaatkan Momentum Bonus Demografi di 2025
Sementara itu, Wakil Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional/Wakil Kepala Bappenas Febrian Alphyanto Ruddyard yang juga hadir sebagai narasumber pada panel yang sama menyoroti pentingnya memanfaatkan bonus demografi yang puncaknya akan terjadi pada tahun 2025.
“2025 sangat penting bagi Indonesia, ini tidak hanya centennial (periode 100 tahunan), tapi di periode ini Indonesia juga akan memiliki bonus demografi yang jika tidak dimanfaatkan dengan baik, kita tidak akan pernah memiliki kesempatan serupa lagi,” ujar Febrian.
Wakil Menteri Bappenas ini menambahkan, untuk menyiapkan selebrasi centennial, Pemerintah Indonesia telah merancang strategi transformasi nasional berbasis tiga pilar yaitu sosial, ekonomi, dan pemerintahan. Transformasi sosial difokuskan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan berbasis science, technology, engineering, art, dan mathematics (STEAM) serta penguatan pendidikan vokasi.
“Transformasi ekonomi bertujuan menciptakan sektor-sektor penggerak pertumbuhan baru, seperti industri hijau dan ekonomi digital, sementara transformasi pemerintahan diarahkan untuk membangun iklim investasi yang lebih kondusif melalui penyederhanaan regulasi, termasuk penerapan Omnibus Law,” tutupnya.
Diketahui sebelumnya, Pemerintah mencanangkan delapan strategi prioritas (8 Plus 1 Strategies) untuk mendukung Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029.
Strategi ini mencakup peningkatan produktivitas sektor agrikultur untuk swasembada pangan, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), serta percepatan transformasi digital dan investasi di sektor energi terbarukan