EBuzz – Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) menurunkan proyeksi permintaan minyak global untuk periode 2026 hingga 2029 dalam laporan World Oil Outlook (WOO) 2025 yang dirilis pada Kamis (10/7/2025), seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan percepatan transisi ke kendaraan listrik (EV).
Meski demikian, OPEC tetap meyakini bahwa dunia belum akan mencapai puncak permintaan minyak (peak oil demand) dalam waktu dekat.
Mengutip Reuters, Sekjen OPEC Haitham Al Ghais dalam laporannya menyampaikan bahwa, pihaknya memperkirakan rata-rata permintaan minyak global pada tahun ini akan mencapai 105 juta barel per hari (bph), dengan proyeksi naik secara bertahap hingga mencapai 111,6 juta bph pada tahun 2029. Angka ini direvisi turun sekitar 700.000 barel dari estimasi tahun lalu.
“Minyak tetap menjadi pilar utama ekonomi global dan bagian integral dari kehidupan kita sehari-hari,” ujar Haitham Al Ghais dalam pengantar laporan. (11/7).
Ia juga menegaskan, tidak ada indikasi bahwa permintaan minyak akan mencapai puncaknya dalam waktu dekat. Meskipun prediksi jangka menengah mengalami koreksi turun, OPEC justru menaikkan prospek jangka panjangnya karena diyakini negara-negara berkembang masih akan mendorong peningkatan konsumsi energi fosil.
Namun, perlambatan di Tiongkok menjadi perhatian utama. Negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu sebelumnya menjadi pendorong utama lonjakan konsumsi minyak global.
“Kini, OPEC mencatat perlambatan ekonomi, penetrasi kendaraan listrik yang semakin luas, serta percepatan pembangunan infrastruktur pengisian daya sebagai faktor penghambat permintaan,” tegasnya.
Tantangan Bagi OPEC+ dan Kebijakan Produksi
Revisi proyeksi ini turut menjadi pertimbangan bagi kelompok produsen OPEC+, yang mencakup negara-negara OPEC dan sekutunya seperti Rusia. Setelah bertahun-tahun melakukan pemangkasan produksi demi menstabilkan harga, kelompok ini kini berada dalam posisi sulit karena permintaan yang belum sekuat harapan awal.
“OPEC+ masih mempertahankan kebijakan pemangkasan produksi hingga akhir 2026, namun dengan proyeksi pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, strategi tersebut bisa mengalami tekanan baru,” pungkas Haitham.
Sementara lembaga-lembaga lain seperti BP dan IEA (International Energy Agency) memperkirakan permintaan minyak dunia akan mencapai puncaknya dalam dekade ini, OPEC justru memandang sebaliknya dan memperkirakan permintaan akan tetap tumbuh lebih lama.