Capital Outflow dari Asing dan Saham BREN Bikin IHSG Diprediksi Lanjut Koreksi

EBUZZ-OPEC+ sepakat pada hari Minggu untuk memperpanjang pemangkasan produksi minyak hingga 2025, melebihi ekspektasi pasar. Langkah ini diambil untuk menopang pasar di tengah pertumbuhan permintaan yang lemah, tingkat suku bunga tinggi, dan peningkatan produksi AS. Harga minyak yang diperdagangkan mendekati $80 per barel masih di bawah harga yang dibutuhkan oleh banyak anggota OPEC+ untuk menyeimbangkan anggaran mereka, sementara kekhawatiran akan lambatnya pertumbuhan permintaan di China dan meningkatnya stok minyak di negara maju turut membebani harga.

OPEC+ yang dipimpin oleh Rusia dan beranggotakan negara-negara pengekspor minyak lainnya telah melakukan serangkaian pemangkasan produksi signifikan sejak akhir 2022. Saat ini, anggota OPEC+ memangkas produksi dengan total 5,86 juta barel per hari, atau sekitar 5,7% dari permintaan global. Keputusan ini diambil untuk mengatasi tantangan pasar dan memastikan kestabilan harga minyak di tengah kondisi ekonomi global yang menantang.

StockNow.id dalam rusetnya yang diterima EmitenNews.com, memproyeksikan IHSG akan bergerak dengan kecenderungan melemah terbatas pada hari ini dengan menguji level Support Dyanmic pada level 6.900 dan Resistancenya di level 7.050. 

Adapun sentimen yang mendorong pelemahan IHSG pada hari ini ada beberapa hal, yaitu Capital Outflow dari asing yang sudah keluar dari pasar saham Indonesia selama sepekan terakhir mencapai -Rp4,8 Triliun. Sehingga hal ini menjadi sentimen pemberat bagi IHSG yang akan terbebani Outflow dari saham-saham Bluechip. 

Ditambah lagi, saham BREN yang masih akan diperdagangkan pada sesi FCA, menjadi penghalang IHSG untuk menguat pada pekan ini, yang mana BREN masih akan berpotensi melanjutkan penurunannya yang diikuti dengan volume jual yang tinggi.

Di sisi lain, dalam sebulan terakhir (20 hari bursa), saham-saham big caps memang sedang mengalami Foreign Capital Outflow besar-besaran. Seperti contohnya pada saham BBRI yang didistribusi oleh asing sebesar Rp11 Triliyun, lalu ada saham TLKM juga dibuang sebesar Rp3,3 Triliyun, hingga saham BMRI juga telah didistribusi sebesar Rp2,5 Triliyun. Hal ini menandakan memang pasar saham Indonesia, terkhususnya pada saham-saham Blue Chip, belum menarik di mata para investor.

Dari segi teknikal, IHSG secara Wtd sudah turun lebih dari 3% dan Breakdown level psikolgis Supportnya di 7.000, sehingga potensi IHSG untuk Rebound ada tetapi jika menyentuh Supportnya di level 6.906. Selain itu, indikator MACD sudah menunjukkan Death Cross pada area zero line.

StockNow.id merekomendasikan swing trade di saham TLKM Buy : 2900, TP 1 : 2990, TP 2 : 3070 dan SL : 2810.

ADRO Buy : 2770, TP 1 : 2860, TP 2 : 2960 dan SL : 2680.

MBMA Buy : 670, TP 1 : 690, TP 2 : 730 dan SL : 645.

BRPT Buy : 1065, TP 1 : 1100, TP 2 : 1170 dan SL : 1020.

 

spot_img

Terbaru

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini