Ebuzz – Isu merger antara PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan Grab Holdings Ltd. (GRAB) kembali mencuat di tengah meningkatnya persaingan bisnis ride-hailing di Asia Tenggara. Dilansir Bloomberg, Selasa (4/2/25), pembicaraan terkait penggabungan kedua perusahaan dikabarkan semakin intensif, dengan target penyelesaian diskusi pada tahun ini.
Seorang eksekutif yang terlibat dalam pembicaraan tersebut menuturkan bahwa kesepakatan merger harus terjadi pada 2025 atau tidak sama sekali. “Seorang eksekutif dari Provident Capital Partners, salah satu investor GOTO, memimpin pembicaraan,” tulis Bloomberg.
Kabar mengenai potensi merger ini bukanlah yang pertama kali muncul. Sebelumnya, isu serupa telah beredar sejak Februari 2020 sebelum pandemi Covid-19, serta kembali mencuat pada awal 2024. Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari kedua perusahaan terkait kelanjutan negosiasi.
Industri ride-hailing di Asia Tenggara terus mengalami pertumbuhan yang pesat. Laporan Maybank bertajuk Asean Internet, 2025 Outlook: Robust Fintech Drives Sustained Growth memproyeksikan total belanja masyarakat atau gross merchandise value (GMV) pada sektor on-demand service (ODS) akan tumbuh 14% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada 2025. Pendapatan di sektor tersebut juga diperkirakan meningkat sebesar 16% YoY.
Meski mengalami pertumbuhan positif, persaingan di sektor ini semakin ketat. Analis Maybank, Hussaini Saifee dan Etta Rusdiana Putra, mencatat bahwa masuknya pemain baru, seperti Xanh SM di Indonesia, berpotensi mengubah lanskap kompetisi. “Kami melihat beberapa hambatan kompetitif dengan masuknya operator transportasi daring baru di berbagai pasar, khususnya dengan kehadiran Xanh SM di Indonesia,” tulis mereka dalam riset yang dirilis pada 7 Januari 2025.
Laporan Maybank juga menyebutkan bahwa setiap negara di Asia Tenggara saat ini memiliki sekitar 5–30 operator transportasi daring. Meskipun pasar sangat terfragmentasi, perusahaan dengan skala besar tetap mendominasi industri. Namun, dengan rendahnya hambatan masuk, operator baru masih berpeluang untuk bersaing.
Xanh SM, perusahaan ride-hailing asal Vietnam, telah resmi beroperasi di Indonesia dengan layanan taksi berbasis kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Perusahaan ini berencana mengoperasikan 600–1.000 unit kendaraan dalam tahap awal dan menargetkan peningkatan jumlah armada hingga 16.000 unit dalam dua tahun ke depan.
Di luar Indonesia, operator ride-hailing baru juga mulai meramaikan pasar di sejumlah negara Asia Tenggara. Di Singapura, dua perusahaan transportasi daring, Trans Cab dan Geolah, telah memperoleh lisensi sementara sejak 1 Januari 2025. Filipina juga mencatat pertumbuhan dengan masuknya Indrive, yang kini beroperasi di enam kota dan menargetkan 16.000 pengemudi hingga akhir 2024.
Sementara itu, di Malaysia, tiga operator baru, yakni Bolt, LalaMove, dan GV Ride (EV), mulai bersaing di sektor ride-hailing. Dengan kehadiran pemain baru, jumlah penyedia layanan transportasi daring di Malaysia kini hampir mencapai 30 perusahaan. Namun, meskipun persaingan semakin ketat, survei konsumen yang dilakukan Maybank pada Juni 2024 menunjukkan bahwa 96% pengguna di Malaysia masih memilih Grab sebagai aplikasi favorit mereka.
Jika merger antara GOTO dan Grab benar-benar terjadi, maka industri ride-hailing di Asia Tenggara akan mengalami perubahan signifikan. Penggabungan kedua perusahaan ini berpotensi menciptakan dominasi pasar yang lebih besar, terutama di Indonesia dan Singapura, yang merupakan dua pasar utama bagi kedua entitas.
Potensi Monopoli
Analis PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Christopher Rusli, menilai bahwa meskipun aksi korporasi ini berpotensi menciptakan perusahaan dengan valuasi besar, masih terdapat berbagai risiko yang perlu diperhatikan. “Risiko utama dari potensi kesepakatan ini mencakup kekhawatiran monopoli, gangguan operasional, dan ketidakpastian kesepakatan,” ujarnya dalam riset terbarunya.
Jika aksi ini terwujud dan Grab mengambil kendali atas, mereka kemungkinan harus menjalani Mandatory Tender Offer (MTO) karena perubahan pemegang saham pengendali melalui saham Seri B, yang memiliki 30 hak suara per saham. Catatan: Seri B = 50,57bn saham, Seri A = 1,14tr saham.
Sejauh ini pihak GOTO, membantah adanya kesepakatan merger dengan Grab, meskipun mengakui adanya spekulasi media. Namun, mereka menegaskan bahwa tidak ada perjanjian yang dibuat. “Karena belum ada perkembangan yang dikonfirmasi, kami tidak akan menganalisis dampaknya lebih lanjut, karena kesepakatan ini masih bersifat spekulatif,” pungkas Christopher.