EBuzz – Wakil Menteri Perindustrian, Faisol Riza, memberikan apresiasi tinggi kepada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) atas komitmennya dalam menjalankan bisnis secara berkelanjutan.
Hal ini disampaikan Faisol saat kunjungan kerja ke Pabrik SIG di Narogong, Bogor, Jawa Barat, Senin (23/6), untuk melihat langsung implementasi standar industri hijau yang dijalankan oleh anak usaha SIG, PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.
Menurut Faisol, SIG berhasil menyelaraskan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial secara konsisten, serta menjadi contoh praktik terbaik penerapan prinsip industri hijau di Indonesia.
“SIG Group telah menjadi contoh bagaimana kinerja industri harus comply dengan standar industri hijau. Kami berharap industri lain, tidak hanya di sub sektor semen, dapat meniru langkah SIG dalam menerapkan praktik bisnis berkelanjutan,” ujar Faisol. (26/6).
Ia menjelaskan, penerapan industri hijau merujuk pada tiga pilar utama sebagaimana diatur dalam UU No. 3 tentang Perindustrian, yaitu efisiensi dan efektivitas sumber daya, perlindungan lingkungan, serta manfaat sosial.
“Konsep ini sejalan dengan prinsip ekonomi hijau yang rendah karbon, hemat sumber daya, dan inklusif secara sosial,” tambahnya.
Sementara itu, Direktur Utama SIG, Indrieffouny Indra, menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Perindustrian atas dukungannya terhadap transformasi SIG menuju perusahaan berbasis prinsip industri hijau dan Industri 4.0.
“Sebagai market leader di industri semen nasional, SIG memiliki visi menjadi penyedia solusi bahan bangunan terdepan yang berorientasi pada pelanggan dan keberlanjutan. Komitmen ini kami wujudkan melalui inovasi, efisiensi energi, ekonomi sirkular, konservasi alam, dan penciptaan nilai bagi komunitas,” jelas Indrieffouny.
Emisi Karbon Produk SIG Capai 38%
Kata Indrieffouny, berkat inovasi berkelanjutan, emisi karbon dari produk SIG tercatat 38% lebih rendah dibandingkan produk konvensional, baik untuk semen kantong, semen curah, maupun beton siap pakai.
“SIG juga mengembangkan lini bisnis pengelolaan limbah ramah lingkungan melalui Nathabumi, yang kini menjadi fasilitas pengolahan limbah terbesar di Asia Tenggara. Nathabumi menjadi pelopor penggunaan teknologi refuse-derived fuel (RDF) di Indonesia, khususnya di fasilitas Cilacap, Jawa Tengah,” katanya.
Lebih jauh, SIG mendorong keterlibatan masyarakat lokal dalam rantai pasok melalui penyediaan biomassa dan pengelolaan RDF, sebagai bagian dari upaya menciptakan nilai bersama.
“Atas berbagai inisiatif tersebut, SIG telah meraih berbagai penghargaan prestisius, di antaranya tiga penghargaan PROPER Emas, lima PROPER Hijau, Green Leadership 2024 dari KLHK, serta penghargaan Industri Hijau 2024, National Lighthouse Industry 4.0, dan INDI 4.0 dari Kemenperin,” pungkas Indrieffouny.
Sedangkan, Ketua Asosiasi Semen Indonesia, Lilik Unggul Raharjo, turut mendukung akselerasi penerapan industri hijau di sektor semen.
Lilik menilai, hal ini tidak hanya berkontribusi terhadap dekarbonisasi nasional, tetapi juga menjadi langkah antisipatif terhadap kebijakan karbon global seperti Nilai Ekonomi Karbon dan batasan emisi ekspor.