EBuzz – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) menilai bahwa kesepakatan tarif 19 persen yang diberlakukan dalam hubungan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat membawa dampak ganda bagi perekonomian nasional.
Di satu sisi, tarif ini dinilai menguntungkan sektor ekspor, namun di sisi lain juga dapat melemahkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Sekretaris Jenderal BPP HIPMI, Anggawira, mengingatkan bahwa pemerintah harus mencermati secara kritis setiap kebijakan dagang, termasuk kebijakan tarif impor 0 persen untuk produk asal Amerika Serikat yang diberlakukan sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.
“Kita tidak boleh melihat ini sekadar sebagai pengumuman teknis, tapi sebagai sinyal bahwa hubungan dagang kita sedang memasuki fase negosiasi yang tidak seimbang. Indonesia perlu berhati-hati agar tidak menjadi korban dari strategi dagang agresif negara besar,” ujar Anggawira dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu (16/7/2025). (17/7).
Meskipun tarif 19 persen tersebut disebut sebagai yang terendah di antara negara-negara Asia, Anggawira menekankan bahwa kesepakatan ini tetap menimbulkan sejumlah risiko bagi industri nasional.
HIPMI Tekankan Peran RI untuk Jaga Posisi Tawar Dagang Internasional
“Beberapa dampak yang perlu diantisipasi antara lain adalah potensi penurunan volume ekspor ke AS, terganggunya efisiensi biaya produksi akibat tekanan tarif dan logistik, serta kemungkinan pengurangan tenaga kerja di sektor-sektor terdampak,” lanjutnya.
HIPMI juga menekankan pentingnya Indonesia menjaga posisi tawar dalam setiap perundingan dagang internasional. Pemerintah diminta untuk melakukan kajian menyeluruh terhadap implikasi kebijakan ini dan menyiapkan langkah antisipatif guna melindungi industri dalam negeri.
“Kita mendukung perdagangan bebas yang adil. Namun, kebijakan tarif dan akses pasar harus dibicarakan secara seimbang agar tidak merugikan pelaku usaha dan pekerja di Indonesia,” pungkas Anggawira.