EBuzz – Bursa Efek Indonesia (BEI) buka suara terkait dengan lesunya aksi penawaran saham perdana ke publik atau Initial Public Offering (IPO) sepanjang semester I-2025. Di mana, hingga semester I-2025 jumlah emiten baru yang melakukan IPO baru 14 perusahaan dengan total dana yang dihimpun mencapai Rp7,01 triliun.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan bahwa, menekankan pentingnya persiapan matang dan strategis bagi perusahaan yang berencana melakukan Initial Public Offering (IPO) dan menjadi perusahaan terbuka. Menurutnya, proses IPO umumnya hanya dilakukan satu kali sepanjang masa berdirinya perusahaan, BEI memandang keputusan untuk melantai di bursa sebagai langkah korporasi strategis dan jangka panjang.
Selain itu, keberhasilan sebuah IPO tidak hanya ditentukan oleh struktur penawaran dan momentum pasar, namun juga bergantung pada kesiapan internal perusahaan, mulai dari kinerja keuangan, tata kelola perusahaan, kualitas manajemen, hingga penyampaian equity story kepada publik dan investor.
“Kami mendorong setiap perusahaan yang ingin go public untuk benar-benar siap, baik dalam aspek formal maupun non-formal, karena kesuksesan IPO juga ditentukan oleh keberlanjutan performa perusahaan setelah pencatatan,” ujar Nyoman. (2/7).
Dirinya menambahkan, dalam rangka mendorong lebih banyak perusahaan untuk melantai di bursa, BEI secara aktif melakukan pengembangan dan edukasi berkelanjutan kepada calon emiten.
“Melalui unit kerja khusus, BEI mendampingi perusahaan-perusahaan skala besar, termasuk perusahaan swasta, BUMN, dan BUMD, dalam mempersiapkan proses IPO,” pungkasnya.
BEI Siapkan Kajian Strategis IPO Bersama Stakeholder
Secara paralel, BEI juga tengah menyusun kajian strategis mengenai IPO dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk grup usaha besar, perusahaan potensial IPO, investor institusi maupun ritel, serta instansi pemerintah. Kajian ini bertujuan untuk, memahami minat dan dinamika perusahaan besar terhadap IPO, dan menyusun rekomendasi perbaikan regulasi dan penguatan infrastruktur pasar modal.
“Langkah ini diharapkan dapat memperkuat posisi BEI sebagai fasilitator transformasi korporasi nasional, mendorong lebih banyak perusahaan domestik untuk terbuka, transparan, dan berdaya saing global melalui pasar modal,” jelas Nyoman.