EBuzz – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan komitmennya untuk memperluas penerapan teknologi Irigasi Padi Hemat Air (IPHA) ke seluruh wilayah Indonesia. Langkah ini diambil melalui optimalisasi infrastruktur irigasi yang dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS/BWS) di berbagai daerah.
Menteri PU, Dody Hanggodo, menyatakan bahwa teknologi IPHA merupakan strategi penting untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian melalui pemanfaatan metode modern. Menurutnya, teknologi IPHA dinilai efektif dalam menghemat penggunaan air sekaligus meningkatkan produktivitas panen padi secara signifikan.
“Dengan IPHA, kita tidak hanya mengurangi penggunaan air, tetapi juga meningkatkan kualitas dan hasil panen. Keberhasilan teknologi ini akan menjadi dasar untuk memperluas implementasinya ke daerah-daerah irigasi lain,” ujar Menteri Dody, Senin (21/4/2025).
Untuk mendukung keberhasilan implementasi IPHA, Kementerian PU mengembangkan sistem informasi pengelolaan air berbasis digital. Sistem ini dirancang untuk membantu petani dan petugas lapangan dalam mengelola jadwal pengairan, memantau debit air, serta memberikan peringatan dini terkait potensi kekeringan.
“Teknologi ini memastikan pengelolaan air menjadi lebih akurat dan efisien, sehingga hasil yang dicapai melalui IPHA dapat dioptimalkan,” tambahnya.
Sebagai bagian dari upaya sosialisasi dan penguatan implementasi IPHA, Kementerian PU akan menyelenggarakan panen demplot serta pameran hasil panen teknologi IPHA di Daerah Irigasi (DI) Rentang, Jawa Barat, pada Selasa, 22 April 2025. Acara ini bertujuan untuk mendemonstrasikan efektivitas teknologi IPHA dalam meningkatkan kualitas panen padi.
Dalam kegiatan tersebut, tiga dari 208 demplot yang telah dikembangkan akan dipanen. Hingga saat ini, 18 demplot telah dipanen dengan hasil yang jauh melampaui rata-rata produktivitas metode konvensional.
Menurut, Kepala BBWS Cimanuk Cisanggarung Dwi Agus Kuncoro, melaporkan hasil yang menggembirakan. Daerah Irigasi Rentang di Jawa Barat, yang mencakup Kabupaten Indramayu, Cirebon, dan Majalengka, merupakan salah satu lumbung pangan yang telah berhasil menerapkan teknologi IPHA.
“Dari 208 demplot di DI Rentang, hingga 17 April 2025, sebanyak 15 demplot telah dipanen dengan hasil antara 6,48 ton/ha hingga 16,88 ton/ha Gabah Kering Panen (GKP). Rata-rata produktivitas mencapai 10,35 ton/ha GKP, jauh di atas metode konvensional,” ungkap Dwi.
Dwi menambahkan bahwa keberhasilan IPHA tidak hanya meningkatkan produktivitas padi, tetapi juga menunjukkan potensi besar teknologi ini dalam mendukung swasembada pangan nasional. Dengan hasil yang stabil di atas 6 ton/ha GKP, teknologi ini memberikan solusi berkelanjutan untuk pertanian Indonesia.
“Teknologi IPHA menggunakan metode pengairan berselang (intermittent irrigation), yang memungkinkan lahan sawah mengalami siklus basah-kering secara teratur. Pendekatan ini terbukti mampu menghemat air hingga 30% dan meningkatkan produktivitas padi hingga 169% dibandingkan metode pengairan konvensional,” ucapnya.
Kementerian PU optimis bahwa keberhasilan penerapan IPHA di DI Rentang dapat menjadi model bagi daerah lain. Dengan sinergi lintas sektor, efisiensi penggunaan air irigasi dan peningkatan hasil panen diharapkan dapat memberikan dampak signifikan pada ketahanan pangan nasional.
“Kami akan terus bekerja sama dengan pemerintah daerah, kelompok tani, dan berbagai pihak lain untuk memastikan keberhasilan penerapan IPHA secara nasional,” tutup Dody.