EBuzz – Di tengah tingginya volatilitas pasar dan geopolitik, Standar Chartered Indonesia menargetkan pertumbuhan dana kelolaan atau asset under management (AUM) di atas 10% hingga akhir 2025, hal tersebut sejalan dengan strategi fokus pada bisnis affluence dan manajemen kekayaan nasabah.
Tandy Cahyadi, Head of Affluent Segment, Distribution & Wealth Solution, Standard Chartered Indonesia menjelaskan bahwa, target double digit tersebut dianggap sejalan dengan performa tahun sebelumnya yang juga mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan di atas rata-rata industri. Meskipun demikian, manajemen menyatakan kontribusi terbesar pertumbuhan datang dari nasabah-nasabah utama mereka.
Tak hanya fokus dari sisi jumlah nasabah, Standar Chartered Indonesia juga mengutamakan pertumbuhan yang lebih material pada sisi produk investasi, baik dari dana pihak ketiga maupun portofolio investasi nasabah.

“Yang lebih penting bukan hanya jumlah nasabah yang meningkat, tetapi juga nilai dana kelolaannya. Fokus kami tetap di produk-produk investasi yang menjadi bagian utama dari strategi wealth management kami,” jelas Tandy dalam acara peresmian kemitraan strategis dengan Allianz Global Investor di Jakarta, Rabu (23/7/2025).
Lebih lanjut Tandy menambahkan, terkait kondisi pasar yang saat ini bergejolak, manajemen menilai volatilitas bukanlah hal baru. Sejak krisis tahun 1998 hingga pandemi COVID-19 dan gejolak geopolitik global saat ini, kebutuhan pengelolaan kekayaan tetap ada.
“Volatilitas memang selalu ada. Tapi kebutuhan nasabah terhadap perencanaan dan pengelolaan keuangan tak pernah surut. Di situlah peran kami hadir memberikan solusi keuangan strategis untuk menjawab kebutuhan mereka,” pungkasnya.
Dengan pendekatan adaptif terhadap dinamika pasar serta fokus berkelanjutan pada produk-produk investasi yang tepat sasaran, perusahaan percaya dapat melampaui target pertumbuhan dana kelolaan tahun ini meskipun di tengah tantangan global.
Meski saat ini sebagian besar pertumbuhan masih ditopang oleh instrumen pendapatan tetap, pihaknya menyatakan bahwa reksa dana saham masih memiliki peluang bertumbuh ke depan.
“Kami melihat reksa dana saham masih punya potensi. Porsinya saat ini cukup berimbang dengan pendapatan tetap, karena pada akhirnya kami menyesuaikan dengan profil risiko nasabah baik yang agresif maupun konservatif,” ujarnya.

