EBuzz-PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk (IPCC) berhasil mencatatkan laba tahun berjalan sebesar Rp 80,6 miliar pada semester I-2024, mengalami kenaikan tipis sebesar 2,1 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 78,9 miliar. Namun, pendapatan operasional mengalami penurunan menjadi Rp 360,2 miliar dari Rp 366,9 miliar pada semester I-2023.
Meskipun demikian, beban pokok pendapatan meningkat signifikan menjadi Rp 234 miliar, dibandingkan Rp 194,1 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Ini menyebabkan laba kotor IPCC turun dari Rp 172,7 miliar pada semester I-2023 menjadi Rp 136,1 miliar pada semester I-2024.
Direktur Utama IPCC, Sugeng Mulyadi, mengakui bahwa semester I-2024 merupakan periode yang menantang. “Namun, kami terus berkomitmen memberikan yang terbaik untuk investor dan pemegang saham melalui berbagai upaya efisiensi di berbagai lini,” ujar Sugeng kepada Media di Jakarta, Selasa (30/7/2024).
Di tengah penurunan ini, total aset IPCC pada Juni 2024 meningkat menjadi Rp 1,8 triliun dari Rp 1,7 triliun pada Desember 2023. Aset tersebut terdiri dari aset lancar sebesar Rp 891,8 miliar dan aset tidak lancar sebesar Rp 978 miliar. Utang atau liabilitas perusahaan juga meningkat menjadi Rp 679,8 miliar dari Rp 565,4 miliar pada akhir tahun lalu.
IPCC juga menunjukkan kesiapan menghadapi tren industri otomotif yang mulai beralih ke kendaraan listrik, khususnya mobil listrik dari China yang semakin diminati di pasar Indonesia karena harganya yang kompetitif.
“Permintaan impor mobil listrik dari China meningkat, dan kami menyediakan fasilitas untuk ekspor ke 95 negara di seluruh dunia, termasuk Asia Tenggara, Amerika Latin, Timur Tengah, dan Eropa,” jelas Sugeng.
Meskipun begitu, IPCC memutuskan untuk memangkas belanja modal (capex) tahun 2024 dari rencana awal sebesar Rp 57 miliar menjadi Rp 17 miliar. Direktur Operasi dan Teknik IPCC, Bagus Dwipoyono, menyatakan bahwa pemangkasan ini terkait dengan penundaan pembangunan gedung parkir yang masih menunggu studi Amdal.
“Dari total capex yang dianggarkan, sebesar Rp 40 miliar akan digunakan untuk pembangunan gedung parkir baru yang direncanakan terealisasi tahun depan,” jelas Bagus.
Selain itu, hingga semester I/2024, IPCC telah menggunakan Rp 3,7 miliar dari belanja modal untuk keperluan seperti pembelian jaring debu dan perbaikan dua unit lapangan di sekitar terminal. Dana capex juga digunakan untuk peningkatan keamanan melalui pemasangan kamera pengawas atau CCTV.
Menatap sisa tahun 2024, IPCC optimistis terhadap pertumbuhan arus kargo mobil, baik ekspor maupun impor. Sugeng mengungkapkan keyakinannya bahwa permintaan kendaraan akan meningkat pada semester II/2024. “Produsen mobil, terutama dari Jepang, diperkirakan akan meningkatkan produksi pada semester II, yang biasanya lebih tinggi dibandingkan semester I,” ungkap Sugeng.
Dia menambahkan, meskipun arus kargo mobil CBU (Completely Build Up) secara konsolidasi turun 1,25% year-on-year pada semester I/2024, ada peningkatan signifikan di terminal satelit IPCC dengan kenaikan 44,2%. Sugeng juga menyoroti potensi ekspor kendaraan elektrik (EV), dengan proyeksi kontribusi sekitar 30.000 unit hingga akhir 2024, terutama dari mobil listrik asal China.
Dengan semangat yang tak surut dan strategi yang matang, IPCC tetap yakin bisa menghadapi tantangan dan meraih peluang di industri otomotif yang terus berkembang.