EBuzz – PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) mengumumkan pencapaian kinerja tahunan yang gemilang, mencatatkan rekor penjualan tertinggi sepanjang sejarah perusahaan di tahun 2024.
Direktur Keuangan & Pengembangan Strategis CSRA Seman Sendjaja mengatakan, kinerja positif ini mencerminkan komitmen CSRA dalam mengembangkan bisnis kelapa sawit secara berkelanjutan, dengan fokus pada inovasi dan tanggung jawab lingkungan.
“Tahun 2024 merupakan tahun penting bagi CSRA dalam mencapai tujuan strategis dan mempercepat kemajuan di seluruh lini perusahaan,” kata Seman Sendjaja melalui keterangan tertulis. (25/3).
Pendapatan CSRA mencapai Rp1,07 triliun, melonjak 21,8% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh volume penjualan CPO yang lebih tinggi dan harga jual rata-rata yang menguntungkan. Laba bersih juga meroket 46% menjadi Rp213,36 miliar, dengan margin bersih naik menjadi 20,1%.
Aset CSRA tercatat Rp 2,25 triliun, naik 22,2% dari tahun sebelumnya. Sementara itu, liabilitas perusahaan sebesar Rp 952,72 miliar dan ekuitas sebesar Rp1,29 triliun.
CSRA terus mengintegrasikan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam operasionalnya. Total luas lahan tertanam inti mencapai 20.067,6 hektare, dengan mayoritas tanaman dalam kategori produktif.
Meskipun produksi TBS inti mengalami penurunan sedikit menjadi 321.982 ton, CSRA tetap menjaga tingkat pertumbuhan CAGR sejak 2018 sebesar 2,8%. Penurunan produktivitas TBS diakibatkan oleh gangguan cuaca dan ganoderma. CSRA akan terus mengoptimalkan produksi dan efisiensi operasional untuk mengatasi kendala ini.
Laba kotor CSRA mencapai Rp 483,86 miliar, naik 21,1% dengan margin kotor 45,4%. Laba operasional sebesar Rp 263,62 miliar dengan margin 18,8%. Laba bersih meroket menjadi Rp 214,85 miliar dengan margin 20,1%. Manajemen CSRA akan terus meningkatkan efektivitas dan produktivitas organisasi melalui optimisasi biaya.
Prospek Industri Kelapa Sawit Indonesia di 2025
Sementara itu, Seman menilai secara keseluruhan, industri kelapa sawit Indonesia pada tahun 2025 menunjukkan prospek yang cerah dengan peluang pertumbuhan yang signifikan.
Namun, tantangan seperti kebijakan energi domestik, ketatnya persaingan global, dan kebutuhan akan inovasi teknologi harus dihadapi untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan. Diperkirakan bahwa sektor perkebunan sawit Indonesia akan mengalami pertumbuhan pesat pada tahun 2025, didorong oleh kenaikan harga CPO diatas 7,2% menjadi MYR 4.500 per ton dan terus tumbuh. Selain itu, produksi CPO diproyeksikan tumbuh sebesar 3,9%, terutama setelah berakhirnya fenomena El Nino pada Mei 2024 yang lalu.
“Peluang ini akan dimanfaatkan oleh CSRA untuk terus mempercepat ekspansi Perusahan, ekspansi anorganik, dan investasi strategis,” sambungnya.
Untuk itu, perseroan telah menyiapkan dana belanja modal sebesar Rp 100 miliar. Nantinya, dana tersebut akan digunakan perseroan untuk penyelesaian pembangunan pabrik kelapa sawit ketiga yang berlokasi di Banyuasin, dan sisanya lagi akan digunakan untuk pembayaran ganti rugi tanam tumbuh (GRTT) dan penanaman areal baru di wilayah operasional region Sumatera Selatan.
“Perusahaan telah menerapkan strategi untuk meninjau peluang dalam mengakuisisi lahan baru, dengan prioritas dekat dengan area perkebunan Perseroan yang sudah ada agar mudah mengintegrasikan operasional CSRA,” tutupnya.
Perusahaan terus meningkatkan inisiatif Environmental, Social, and Governance (ESG) dengan fokus pada insitatif Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi, dan Kearifan Lokal (HEEL). Di antara inisiatif yang ada, Perusahaan sudah mendapatkan sertifikasi ISPO untuk kebun PT SSG dan PT ABI di region Sumatera Selatan pada tanggal 19 Maret 2025.