EBuzz – Jumlah perusahaan yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun ini tercatat lebih rendah dari proyeksi awal. Terlebih lagi, otoritas pasar modal ini telah merevisi target initial public offering (IPO) saham tahun berjalan dari semula 66 perusahaan menjadi 45 perusahaan.
Namun demikian, dana segar yang berhasil terhimpun mengalami kenaikan signifikan. Dari 26 emiten baru di 2025 mampu meraup dana Rp 18,11 triliun, sementara hasil dana IPO di 2024 hanya Rp 14,35 triliun.

Menanggapi penurunan target tersebut, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Inarno Djajadi, menegaskan bahwa penyesuaian ini bukan mencerminkan pelemahan pasar, melainkan pergeseran fokus ke arah penguatan kualitas emiten.
Menurutnya, OJK bersama BEI kini lebih menekankan agar perusahaan yang melakukan IPO memiliki fundamental usaha yang solid, tata kelola perusahaan yang baik, serta prospek keberlanjutan bisnis yang memadai. Langkah ini dinilai penting untuk menjaga kredibilitas emiten di pasar modal sekaligus melindungi kepentingan investor.
“Penyesuaian target IPO mencerminkan fokus pada kualitas, bukan semata mengejar jumlah. Emiten yang masuk bursa harus memiliki kesiapan yang matang agar pertumbuhan pasar modal berjalan sehat dan berkelanjutan,” ujar Inarno. (30/12).
Selain faktor kualitas, Inarno mengungkapkan bahwa sejumlah calon emiten memilih menunda aksi IPO dengan mempertimbangkan momentum pasar yang lebih tepat. Keputusan tersebut diambil seiring evaluasi kondisi pasar serta strategi bisnis masing-masing perusahaan.
”OJK memandang dinamika ini sebagai bagian dari proses pendalaman pasar modal yang wajar dan berorientasi jangka panjang. Menurut Inarno, pendekatan selektif justru akan memperkuat struktur pasar modal nasional ke depan,” paparnya.
Pipeline IPO, Obligasi, dan Right Issue

Sementara itu, Direksi Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna menuturkan bahwa, hingga 24 Desember 2025 jumlah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai 26 perusahaan dengan dana dihimpun Rp18,11 Triliun.
Sedangkan untuk pipeline Obligasi, BEI mencatat, telah diterbitkan 181 emisi dari 78, penerbit EBUS dengan, dana yang dihimpun sebesar Rp215,6 Triliun. Dan, untuk Right Issue telah terdapat 14 perusahaan yang menerbitkan dengan penghimpunan dana sebesar Rp34,47 Triliun.
”Hingga saat ini, terdapat 9 perusahaan dalam pipeline pencatatan saham BEI. Sementara, untuk penerbitan Obligasi terdapat 20 emisi dari 13 penerbit EBUS. Dan, masih terdapat 1 perusahaan yang masuk pipeline Right Issue,” tutur Nyoman.
OJK optimistis aktivitas penghimpunan dana di pasar modal akan kembali meningkat pada 2026. Prospek pertumbuhan ekonomi domestik yang tetap positif, stabilitas makroekonomi, serta potensi membaiknya likuiditas sistem keuangan dinilai menjadi faktor pendukung utama.

