EBuzz-Pada tahun 2023, kinerja keuangan Bursa Efek Indonesia (BEI) mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data keuangan per 31 Desember 2023, pendapatan BEI Rp2,5 triliun turun hingga 14,1 persen dibanding tahun 2022 yang mencapai Rp2,91 triliun. Sehingga laba bersih BEI tahun 2023 turun hingga 40,3 persen jadi Rp578,67 miliar dibandingkan tahun sebelumnya Rp968,74 miliar.
Jasa transaksi turun 29 persen jadi Rp913,36 miliar, jasa kliring turun 29 persen jadi Rp459,89 miliar, jasa pendapatan naik tipis 5 persen jadi Rp253,03 miliar, jasa informasi dan fasilitas lainnya naik sangat tipis 0,8 persen ke Rp201,59 miliar.
Pendapatan usaha terkait transaksi Bursa turun 23 persen jadi Rp1,83 triliun. Sedangkan jumlah beban BEI di sepanjang 2023 malah melonjak 7,6 persen jadi Rp1,82 triliun.
Sehingga laba sebelum pajak final dan beban pajak penghasilan BEI di tahun 2023 ambrol 44,4 persen jadi Rp674,91 miliar.
Namun, melorotnya kinerja BEI ini mungkin masih bisa disambut senyum oleh para karyawan dan pemangku kepentingan tertinggi di Bursa Efek Indonesia. Hal ini terungkap dari data yang disajikan bahwa untuk keperluan gaji dan tunjangan, BEI merogoh kocek hingga Rp767,43 miliar per tahun. Secara rinci beban gaji naik 3,1 persen jadi Rp179,42 miliar, tunjangan pajak naik bahkan mencapai 71 persen menjadi Rp161,73 miliar dan tunjangan lainnya melonjak 13,5 pensen menyentuh Rp426,20 miliar.
Beban gaji dan tunjangan merupakan kontribusi terbesar dari jumlah beban BEI sepanjang 2023 dengan persentase mencapai 30,7 persen. Lebih detail lagi gaji yang naik itu berkontribusi 7,2 persen dari beban BEI, tunjangan pajak 6,5 persen dan tunjangan lainnya menjadi kontributor terbesar dengan persentase 17,1 persen.
Namun pihak BEI mengkaliam Perusahaan mampu menekan kenaikan beban menjadi 7,7% jika dibandingkan dengan rata-rata kenaikan beban Perusahaan selama 2 (dua) tahun terakhir yang sebesar 14,9%. Sedangkan pada posisi keuangan, BEI mampu menjaga perimbangan antara aset, liabilitas, dan ekuitas. Meskipun terdeviasi dari tahun sebelumnya, Perusahaan mampu menjaga kondisi likuiditas dan kesinambungan solvabilitas ke depan sebagai langkah fundamental untuk menjaga kelangsungan usaha hingga masa-masa mendatang.
Atas hal tersebut, Perseroan telah meminta persetujuan Pemegang Saham untuk menyesuaikan nilai Cadangan Wajib atas Saldo Laba Perusahaan sebesar 20% dari Modal Disetor seiring dengan peningkatan Modal Disetor BEI setelah Kapitalisasi Saldo Laba Ditahan yang berlaku efektif sejak 8 September 2023. Nilai Cadangan Wajib tersebut telah dimintakan persetujuannya di dalam RUPS Tahunan Perseroan.
Besarnya penyisihan dari laba bersih tahun buku 2023 yang dialokasikan ke Cadangan Wajib adalah Rp151,69 miliar Sehingga total cadangan wajib yang terbentuk adalah Rp154,50 miliar atau 20% dari modal disetor Perseroan per 31 Desember 2023 sebesar Rp772,50 miliar.