EBuzz – Danantara Indonesia mengingatkan adanya praktik spekulatif di pasar modal yang memanfaatkan nama lembaga pengelola investasi ini untuk mengerek harga saham emiten.
Managing Director sekaligus Chief Economist Danantara, Reza Yamora Siregar, mengungkapkan pihaknya kerap menemukan kemunculan rumor pasar setiap kali Danantara disebut akan berinvestasi di sektor atau perusahaan tertentu.
Menurut Reza, rumor tersebut sering kali memicu kenaikan harga saham emiten yang dikaitkan, padahal informasi tersebut tidak pernah dirilis secara resmi oleh Danantara.
“Setiap kali Danantara mau masuk ke sektor A atau ke perusahaan, langsung itu terjadi kenaikan di stock exchange. Sedangkan kami tidak pernah bicara secara publik tentang itu,” ujar Reza di Jakarta, Senin (11/8/2025).
Reza menilai, kondisi ini acap dimanfaatkan pihak tertentu untuk menggoreng saham. Untuk memitigasi risiko tersebut, Danantara memilih menahan informasi terkait investasi strategis hingga waktu yang tepat.
“Kami dipakai untuk menggoreng saham yang ada di stock exchange. Proses inilah yang membuat kami tidak bisa go public maksudnya di media,” ucapnya.
Rumor BKSL dan Danantara untuk Kembangkan Kawasan Ekonomi Khusus

Sebelumnya, sempat beredar rumor adanya kesepakatan antara PT Sentul City Tbk. (BKSL) dengan Danantara untuk mengembangkan kawasan ekonomi khusus di bidang kesehatan.
Menanggapi kabar tersebut, Chief Investment Officer (CIO) Danantara Indonesia, Pandu Sjahrir, menegaskan bahwa informasi itu hanyalah interpretasi pihak ketiga berdasarkan analisis pasar, dan bukan pengumuman resmi perusahaan.
“Saat ini tidak ada kesepakatan formal antara kedua pihak sebagaimana diberitakan,” tegas Pandu dalam keterangan tertulis.
Pandu menjelaskan, sebagai lembaga pengelola dana investasi negara, setiap rencana investasi strategis di Danantara dijalankan dengan tata kelola yang ketat serta kajian kelayakan komprehensif.
Proses tersebut mencakup evaluasi kebutuhan nasional, kesesuaian dengan kebijakan pemerintah, analisis manfaat ekonomi dan sosial, serta uji kelayakan finansial dan risiko.
“Seluruh proses ini bertujuan memastikan bahwa setiap proyek yang diambil tidak hanya layak secara bisnis, tetapi juga membawa dampak positif yang signifikan bagi perekonomian dan masyarakat Indonesia,” ujarnya.

