EBuzz – PT PP Presisi Tbk (PPRE) terus menunjukkan ketangguhannya di tengah dinamika industri jasa pertambangan dan konstruksi, di mana hingga kuartal III-2025 perseroan berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp194,69 miliar.
Dalam pemaparannya, Arif Iswahyudi menegaskan bahwa kinerja keuangan yang solid tidak lepas dari strategi efisiensi dan optimalisasi operasional di seluruh lini bisnis.
“Sepanjang 2025, PP Presisi berkomitmen menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan efisiensi. Kami terus meningkatkan produktivitas melalui optimalisasi sumber daya, penerapan teknologi terkini, serta tata kelola perusahaan yang kuat,” jelas Arif. (30/10).

Dengan pencapaian ini, PP Presisi semakin mempertegas posisinya sebagai perusahaan jasa pertambangan dan konstruksi terintegrasi yang adaptif terhadap dinamika pasar dan berorientasi pada pertumbuhan jangka panjang.
“Struktur tersebut mencerminkan kondisi keuangan yang likuid dan solvabel, menjadi modal kuat bagi PP Presisi untuk menjaga pertumbuhan berkelanjutan di tengah tantangan sektor konstruksi dan tambang nasional,” tegasnya.
Arif menambahkan, PP Presisi akan terus memperkuat portofolio bisnis berbasis produktivitas dan efisiensi, baik melalui diversifikasi jasa pertambangan, digitalisasi proses operasional, maupun strategi tata kelola keuangan yang prudent.
“Kinerja positif ini menjadi refleksi komitmen kami dalam menjaga fundamental yang sehat sekaligus menciptakan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan,” tutup Arif.
Struktur Keuangan Tetap Sehat dan Terkendali

Hingga akhir September 2025, PP Presisi mencatat pendapatan bersih sebesar Rp2,77 triliun, naik tipis dibandingkan Rp2,72 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, laba kotor meningkat menjadi Rp577,96 miliar dari Rp507,11 miliar pada 2024.
Dari sisi keuangan, laporan konsolidasian per 30 September 2025 menunjukkan bahwa total aset PPRE mencapai Rp7,94 triliun, naik dibandingkan posisi akhir 2024 sebesar Rp7,65 triliun.
Komposisi aset menunjukkan aset lancar sebesar Rp5,89 triliun, sementara aset tidak lancar mencapai Rp2,05 triliun. Di sisi lain, total liabilitas tercatat Rp4,27 triliun, dengan ekuitas meningkat menjadi Rp3,67 triliun dari Rp3,49 triliun pada akhir tahun lalu.

