EBuzz – PT Fore Kopi Indonesia Tbk (FORE), perusahaan jaringan kedai kopi, berencana melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana saham (IPO) dengan target meraup dana masyarakat hingga Rp379,76 miliar.
Berdasarkan prospektus awal IPO yang diterbitkan Rabu (19/3/2025), FORE akan melepas sebanyak-banyaknya 1,88 miliar saham baru, atau setara 21,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO. Harga penawaran saham berkisar antara Rp160 hingga Rp202 per lembar.
Masa penawaran awal (book building) berlangsung mulai hari ini hingga 21 Maret 2025. Dengan rentang harga tersebut, FORE berpotensi mengumpulkan dana segar antara Rp300,8 miliar hingga Rp379,76 miliar.
Sementara itu, jika melihat laporan keuangan perseroan per 30 September 2024, FORE mencatatkan akumulasi rugi sebesar Rp283,05 miliar, lebih rendah 12,78% dibandingkan posisi 31 Desember 2023 sebesar Rp324,54 miliar. Penurunan ini disebabkan oleh laba bersih Rp42,35 miliar yang diraih selama sembilan bulan pertama 2024, berbanding terbalik dengan rugi bersih Rp16,48 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Melihat hal tersebut, Co-Founder Pasar Dana Hans Kwee menilai bahwa, realitas di lapangan menunjukkan bahwa tidak mudah bagi startup untuk mencapai profitabilitas, apalagi ketika sudah mencatatkan saham perdananya di Bursa Efek Indonesia. Bahkan menurut Hans, terdapat beberapa contoh emiten yang sulit untuk mencapai profitabilitas.
“Beberapa tahun lalu ada tren startup yang rugi jadi untung, sekarang sudah terbukti susah. Event sebesar GoTo pun susah baliknya. Melihat ini semua, kelihatannya tidak terlalu positif. Venture capital lebih fokus ke keuntungannya,” ujar Hans. (25/3).
Hans Kwee khawatir bahwa kondisi ini akan berdampak negatif pada pendanaan startup. Venture capital (VC) diperkirakan akan lebih selektif dalam menyalurkan dana dan lebih fokus pada perusahaan yang memiliki potensi keuntungan yang jelas.
“Dari semua ini, perusahaan rugi jadi untung, ini tidak terlalu positif. Venture capital tidak mau danain lagi, dan masuk ke pasar untuk exit. Kita khawatir seperti itu,” jelas Hans Kwee.
Menurut Hans Kwee, perusahaan yang akan melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) juga akan menghadapi tantangan yang lebih besar. Investor akan lebih berhati-hati dalam menilai prospek perusahaan dan fokus pada profitabilitas.
“Kadang-kadang go public, ini kembali ke investor yang menilai karena ada papan yang mengakomodir,” kata Hans Kwee.
Pernyataan Hans Kwee ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap keberlanjutan model bisnis startup yang mengutamakan pertumbuhan pesat tanpa memperhatikan profitabilitas.
“Investor kini lebih fokus pada perusahaan yang memiliki fundamental keuangan yang kuat dan potensi keuntungan yang jelas,” ungkapnya.
Seperti diketahui, dalam proses IPO ini FORE menunjuk PT Mandiri Sekuritas dan PT Henan Putihrai Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Perseroan menargetkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 25 Maret 2025.