Sejarah Baru, Penerbitan Obligasi Korporasi RI Tembus Rp200 Triliun di 2025

EBuzz – Pasar obligasi korporasi Indonesia mencatat tonggak sejarah baru sepanjang 2025. Hingga November 2025, total penerbitan obligasi dan sukuk korporasi yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai Rp198,81 triliun.

Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Irmawati, mengatakan capaian tersebut mencerminkan solidnya kinerja pasar surat utang korporasi di tengah kondisi pasar yang relatif kondusif.

“Sepanjang 2025, penerbitan obligasi dan sukuk korporasi menunjukkan kinerja yang sangat solid. Hingga November, nilai penerbitan sudah mencapai Rp198,81 triliun,” ujar Irmawati dalam paparan media, Selasa (16/12/2025). (17/12).

Irmawati menambahkan, angka tersebut belum termasuk penerbitan surat utang non-tercatat seperti private placement bond, medium term notes (MTN), dan surat utang jangka panjang lainnya yang diperkirakan mencapai sekitar Rp50 triliun.

Dari sisi keseimbangan pasar, nilai penerbitan pada 2025 juga telah melampaui nilai jatuh tempo. Sebagai perbandingan, pada 2024 penerbitan hanya setara 96% dari nilai jatuh tempo. Kondisi ini menandakan aktivitas pasar obligasi korporasi yang semakin sehat dan ekspansif.

”Dengan demikian, total penerbitan surat utang korporasi sepanjang 2025 dipastikan menembus Rp200 triliun dan menjadi rekor tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia,” katanya.

Sektor Keuangan Masih Dominan

Irmawati menambahkan, secara sektoral, penerbitan obligasi dan sukuk korporasi sepanjang 2025 masih didominasi oleh sektor keuangan. Hingga November, sektor multifinance mencatatkan penerbitan sebesar Rp37,98 triliun, disusul sektor perbankan. Sektor lain yang turut aktif antara lain transportasi dan penyewaan kendaraan sekitar Rp1 triliun, layanan kesehatan Rp750 miliar, serta sekuritisasi sekitar Rp160 miliar.

Berdasarkan kelompok emiten, penerbitan dari BUMN tercatat sebesar Rp65,66 triliun, sementara korporasi non-BUMN mencapai Rp133,15 triliun. Tren ini menegaskan peran emiten swasta yang semakin dominan dalam penghimpunan dana melalui pasar obligasi.

Seiring lonjakan penerbitan, nilai outstanding obligasi dan sukuk korporasi meningkat dari Rp476,9 triliun pada 2024 menjadi Rp539,7 triliun hingga November 2025. Jumlah emiten penerbit surat utang mencapai 102 emiten, tertinggi sepanjang sejarah, dengan total 184 emiten masih memiliki obligasi yang beredar di pasar.

”Komposisi outstanding kini didominasi oleh korporasi non-institusi keuangan dengan porsi sekitar 53,8%. Di sektor non-keuangan, pertambangan menyumbang porsi terbesar sebesar 8,8%, diikuti konstruksi sebesar 6,5%,” tegasnya.

Pefindo mencatat penerbitan surat utang oleh korporasi non-BUMN terus meningkat sejak 2021. Pada 2025, penerbitan non-BUMN mencapai Rp132,2 triliun, jauh melampaui penerbitan BUMN sebesar Rp65,7 triliun. Porsi outstanding BUMN pun terus menurun dari 62,8% pada 2020 menjadi 42,7% pada November 2025.

“Pasar obligasi korporasi saat ini semakin didominasi oleh emiten swasta,” ujar Irmawati.

Dari sisi penggunaan dana, mayoritas dana hasil penerbitan obligasi dialokasikan untuk modal kerja dengan nilai mencapai Rp124,27 triliun hingga November 2025. Refinancing meningkat signifikan menjadi Rp57,58 triliun seiring tingginya volume jatuh tempo surat utang, sementara penerbitan untuk tujuan investasi naik dua kali lipat menjadi Rp16,9 triliun. Secara proporsional, sekitar 62% dana digunakan untuk modal kerja, 29% untuk refinancing, dan sisanya untuk investasi.

Terbaru

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini