EBuzz – Bursa Efek Indonesia telah menggandeng Danantara Indonesia untuk mendorong lighthouse company dari kalangan BUMN agar segera melantai di Bursa. Sinergi antara BEI dan Danantara Indonesia ini diharapkan menjadi katalis bagi lahirnya emiten-emiten BUMN unggulan yang bisa menjadi role model di bursa.

Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, adanya kolaborasi yang terjalin antara otoritas bursa dan Danantara ini semakin banyak perusahaan BUMN yang memiliki kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun serta free float 15% bisa segera mencatatkan saham perdananya di BEI.
Namun sayangnya, hingga kini belum ada BUMN yang masuk ke dalam pipeline IPO Bursa Efek Indonesia.
“Jadi harapan kita, harapan bursa, ada lighthouse-lighthouse yang nanti berasal dari State Owned Enterprise (BUMN),” ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna, di Gedung BEI, Jakarta, Kamis (6/11/2025). (7/11).
Meski demikian, BEI tetap optimistis. Menurut Nyoman, kehadiran perusahaan pelat merah di lantai bursa kelak akan memperkuat pendalaman pasar modal atau market deepening dan menarik lebih banyak investor institusional maupun ritel.
“Kami yakin ke depan kontribusi dari State Owned Enterprise akan dapat membantu market deepening pasar modal Indonesia,” tambahnya.
Pipeline IPO BEI Terdapat 13 Perusahaan

Nyoman menambahkan, BEI mencatat per 29 Oktober 2025 telah terdapat tiga perusahaan berstatus lighthouse company telah masuk pipeline IPO dan tengah bersiap melantai di bursa.
Secara keseluruhan, terdapat 13 perusahaan dalam antrean IPO, dengan komposisi 2 perusahaan beraset kecil di bawah Rp50 miliar, kemudian 6 perusahaan beraset menengah antara Rp50 miliar hingga Rp250 miliar), dan 5 perusahaan beraset besar di atas Rp250 miliar.
“Mayoritas dari pipeline tersebut ditargetkan akan melaksanakan IPO pada 2025, mengingat sebagian besar telah menggunakan laporan keuangan semester I-2025,” tutup Nyoman.
Sebagai informasi, IPO “lighthouse company” dikategorikan bagi emiten dengan kapitalisasi pasar minimal Rp3 triliun, serta free float 15% atau memiliki nilai kapitalisasi pasar free float di atas Rp700 miliar.

