Persaingan Ketat Dana Pihak Ketiga, BNI Pangkas Proyeksi NIM 2025

EBuzz – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) melakukan penyesuaian atas proyeksi margin bunga bersih (net interest margin/NIM) tahun 2025. Manajemen memilih bersikap konservatif dengan menurunkan target dari sebelumnya 4–4,2 persen menjadi 3,8 persen.

Direktur Finance & Strategy BNI, Hussein Paolo Kartadjoemena, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah melihat tekanan NIM yang cukup signifikan sepanjang paruh pertama tahun ini.

“Pada semester I, NIM kami tercatat 3,8 persen. Tekanan terutama berasal dari biaya dana (cost of fund) yang meningkat akibat ketatnya persaingan dalam penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), sementara kondisi ekonomi masih dalam tahap pemulihan,” kata Paolo dalam gelaran Public Expose Live 2025 di Bursa Efek Indonesia, Senin (8/9/2025). (9/9).

Meski demikian, BNI menilai prospek likuiditas nasional berpotensi membaik di paruh kedua tahun ini. Kondisi tersebut diperkirakan akan memberi ruang pemulihan margin, sekaligus menjaga profitabilitas bank di tengah persaingan ketat industri perbankan.

“Kami tetap optimistis akan ada perbaikan likuiditas pada semester II-2025. Namun, kami memilih untuk lebih konservatif agar strategi ke depan bisa lebih terukur,” imbuhnya.

Realisasi Penyaluran Kredit BNI Tumbuh 7% di Semester I-2025

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) menargetkan pertumbuhan kredit sebesar 8–10% hingga akhir 2025. Hingga semester I-2025, penyaluran kredit perseroan tercatat tumbuh 7% secara tahunan (year-on-year/yoy), atau masih sedikit di bawah target.

Head of Investor Relations BNI, Yohan Setio, mengatakan pola pertumbuhan kredit biasanya lebih kuat pada paruh kedua, khususnya di kuartal IV.

“Memang siklus modal kerja atau investasi dari perusahaan itu biasanya terjadi di penghujung tahun. Sehingga melihat tren ini, kami masih optimistis bahwa penyaluran kredit dapat mencapai target, yaitu 8–10% yoy,” ujar Yohan.

Dari sisi segmen, Yohan menyebut korporasi masih menjadi penyumbang terbesar, dengan porsi lebih dari separuh bisnis BNI. Pertumbuhan kredit korporasi diproyeksikan bisa mencapai sekitar 10% tahun ini, khususnya dari perusahaan blue chip.

“Korporasi blue chip ini biasanya lebih resilien, ekspansi bisnis dan siklus modal kerja mereka lebih dapat diprediksi, tidak terlalu volatil bergantung kondisi ekonomi. Berdasarkan diskusi kami dengan banyak nasabah di segmen korporasi, permintaan kredit masih kuat, terutama dari segmen fast moving consumer goods (FMCG), serta segmen terkait teknologi telekomunikasi, seperti data center dan perusahaan menara telekomunikasi,” jelasnya.

Dengan revisi target ini, BNI berkomitmen menjaga kinerja berkelanjutan melalui efisiensi biaya, penguatan basis dana murah (CASA), serta pemanfaatan digital banking untuk memperluas inklusi keuangan.

Terbaru

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini